Objek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan Hiburan dengan dipungut bayaran yang dimaksud antara lain :
|
|
Tontonan FIlm
|
|
Pagelaran Kesenian, musik, tari, dan/atau busana
|
|
Kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya
|
|
Pameran
|
|
Diskotik, karaoke, klab malam dan sejenisnya
|
|
Sirkus, akrobat dan sulap
|
|
Permainan biliar, golf, dan bowling
|
|
Pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan
|
|
Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa
|
|
Pertandingan Olahraga
|
|
Pusat kebugaran (fitness center)
|
|
Kesenian Rakyat
|
Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menikmati hiburan.
Wajib Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan.
Dasar Pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggara hiburan, termasuk potongan harga dan tiket cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa hiburan.
|
|
Tontonan FIlm sebesar 35%
|
|
|
Pagelaran Kesenian, musik, tari, dan/atau busana sebesar 35%
|
|
|
Kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya sebesar 35%
|
|
|
Pameran sebesar 35%
|
|
|
Diskotik, karaoke, klab malam dan sejenisnya sebesar 50%
|
|
|
Sirkus, akrobat dan sulap sebesar 15%
|
|
|
Permainan biliar, golf, dan bowling sebesar 35%
|
|
|
Pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan sebesar 25%
|
|
|
Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa sebesar 40%
|
|
|
Pertandingan Olahraga sebesar 25%
|
|
|
Pusat kebugaran (fitness center) sebesar 30%
|
|
|
Kesenian Rakyat sebesar 10%
|
Pemungutan Pajak Hiburan menggunakan sistem Self Assessment yaitu sistem pengenaan pajak yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang dengan jumlah besaran disesuaikan dengan omzet bulanan yang terjual.
WP diwajibkan melaporkan pajak yang terutang dengan menggunakan SPTPD, dengan melampirkan bon nota/tanda pembayaran yang telah diperporasi/legalisasi, apabila WP tidak memenuhi kewajibannya setelah dilakukan pemeriksaan, kepadanya dapat diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) dan/atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT) yang menjadi sarana penagihan pajak.
Kelengkapan yang harus dipersiapkan antara lain
|
|
|
WP harus mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan ditandatangani oleh WP atau yang diberi kuasa;
|
|
|
Menyiapkan bon nota/tanda pembayaran untuk diperporasi/legalisasi oleh Badan;
|
|
|
Bilamana tidak, maka Badan menyiapkan bon nota dengan permohonan WP;
|
|
|
Menyiapkan laporan keuangan untuk pemeriksaan rutin maupun berkala dari Badan dengan melaporkan jumlah bon nota/ tanda pembayaran yang sah yang telah terjual untuk ditetapkan besaran pajaknya;
|
|
|
Bilamana pihak pengelola tidak memenuhi kewajiban perpajakannya, maka terhadap WP dikenakan sanksi administratif berupa SKPDKB sesuai hasil pemeriksaan.
|
Contoh Kasus
|
Seseorang membuka pusat kebugaran (fitness center) dengan tarif Rp30.000,00 dengan potongan harga/ diskon sebesar Rp6.000,00
|
Perhitungan Pajak Hiburan adalah sebagai berikut
|
Pajak Terutang |
= |
Tarif Pajak x DPP |
|
= |
Tarif Pajak x Jumlah pembayaran yang dilakukan penyelenggara hiburan |
|
= |
30% x Rp30.000,00 |
|
= |
Rp9.000,00 (sembilan ribu rupiah) |
Dengan kata lain, bahwa dalam hal perhitungan Pajak Hiburan. Diskon dinyatakan bukan komponen
pengurang besarnya pajak terutang.
|
Oleh karena itu, konsumen disarankan untuk membayar jasa pelayanan hiburan sebesar Rp30.000,00 + Rp9.000,00 = Rp39.000,00 (sudah termasuk pajak hiburan pusat kebugaran sebesar 30%).
Dengan demikian, pajak hiburannya adalah sebesar Rp9.000,00 per tamu, sementara pajak terutang adalah akumulasi pembayaran jasa perhiburan selama 1 (satu) bulan.
|